Kang Asep Davi
Kabupaten Ciamis, analisaglobal.com — Motto pengelolaan hutan yang lestari sekaligus memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar, bisa tercermin dari pengelolaan hutan yang berlandaskan pada kepentingan ekologi, serta bisa menciptakan konservasi keanekaragaman hayati, juga dapat mencegah bencana dan pengendalian kebakaran.Hal tersebut juga bisa memberikan kesejahteraan untuk rakyat, khususnya masyarakat sekitar hutan.
Namun lain halnya, menurut Tokoh Politik yang juga tokoh masyarakat kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis Kang Asep Davi mengatakan, tata kelola hutan yang diberikan pada Perum Perhutani telah banyak melenceng dari tupoksinya sebagai pengelola kawasan hutan. Seperti kita ketahui bersama, Perum Perhutani adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang sering menggunakan cara lain untuk menutupi rendahnya kinerja mereka dengan mengkriminalisasi masyarakat sekitar. Ungkapnya, Selasa (27/09/22).
Diduga Perhutani Turut Andil Dalam Melakukan Pengrusakan Hutan
“Seperti contoh kasus nenek Asyani Situ Bondo Jawa Timur, misalnya bermula ketika petugas Perhutani yang sedang berpatroli menemukan dua tunggak kayu yang dinyatakan hilang oleh mereka. Penyidik kemudian menangkap nenek Asyani, menantunya Ruslan dan tukang kayu bernama Cipto dengan didakwa mencuri kayu perhutani. Nenek Asyani, bersikeras bahwa kayunya berasal dari tanahnya sendiri, yang ditebang oleh almarhum suaminya tujuh tahun yang lalu, tetapi Perhutani juga keukeuh (bersikeras–red) menyatakan bahwa dua tunggak kayu itu adalah milik mereka.” Jelas Kang Asep Davi.
Baca Juga https://id.m.wikipedia.org/wiki/Wikipedia_bahasa_Indonesia
Lanjut Kang Asep Davi menerangkan, Kasus yang menimpa nenek Asyani adalah modus lama yang selama ini sering digunakan oleh Perum Perhutani untuk menutupi buruknya kinerja mereka dalam mengelola kawasan hutan Negara. Seperti yang sekarang terjadi di areal Desa Sindangrasa dan Desa Cigayam, Perhutani melakukan tebangan di lahan yang kemiringannya di atas 30% serta melakukan tebangan di wilayah-wilayah harim sungai. Terangnya.