Terkait Adanya Dugaan Pungutan Uang Perpisahan di SMPN 1 Padakembang
Kabupaten Tasikmalaya, analisaglobal.com,- Menyikapi pemberitaan sebelumnya yang sempat viral dibeberapa media dengan judul “Diduga Kepsek SMPN 1 Padakembang Pungut Uang Perpisahan Kepada 800 Siswa Sebesar 150 ribu – 245 Ribu dan itu Terjadi Di Seluruh Sekolah”. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (DISDIKBUD) Kabupaten Tasikmalaya melalui Plt. Kepala Bidang SMP Jani Maulana., S.Sos., MSi., langsung segera menindaklanjuti dan mengklarifikasi hal tersebut diatas. Rabu, 10/05/2023.
Diberitakan sebelumnya, SMP Negeri 1 Padakembang Kecamatan Padakembang Kabupaten Tasikmalaya diduga kuat telah melakukan pungutan uang untuk biaya Perpisahan dan kenaikan kelas peserta didik kepada seluruh siswa-siswi nya mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX sebesar RP. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) untuk kelas VII dan VIII untuk setiap siswa-siswi nya, serta Rp. 245.000,- (dua ratus empat puluh lima ribu rupiah) untuk kelas IX per setiap siswa-siswi nya dengan total kurang lebih 800 siswa. Diketahui uang tersebut dipergunakan untuk sejumlah biaya dengan modus anggaran Perpisahan dan Kenaikan Kelas Peserta Didik. Jika dikalkulasikan, uang tersebut mencapai ratusan juta rupiah.
Dimana untuk menyampaikan besaran biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan perpisahan dan kenaikan kelas peserta didik yang mencapai ratusan juta tersebut dengan rincian berupa biaya Jamuan Makan Berat yang meliputi ; untuk Guru, Staf Tata Usaha, Komite Sekolah, Forum Kelas VII dan VIII, bongkar pasang panggung dan tenda, keamanan dan rapat panitia perpisahan dan kenaikan kelas, sewa tenda, sewa panggung utama, sewa kursi, sewa sound sistem, kesenian dan administrasi kegiatan perpisahan dan kenaikan kelas serta lainnya.
Kepala SMP Negeri 1 Padakembang atas nama H. Ade Dasmana saat dikonfirmasi oleh tim analisnews.co.id dan awak media lain, (Senin, 8 Mei 2023) di ruang kerjanya mengakui jika pungutan uang tersebut bukan dirinya yang membuat progam selain sebatas meneruskan program dari Kepala Sekolah yang sebelumnya atas nama Ade Sutiana dan Komite, namun saat kembali di konfirmasi kebenarannya oleh tim media, Ade pun dengan tegas mengatakan jika untuk biaya perpisahan tersebut sudah biasa dilakukan dan seluruh sekolah yang lainnya pun bisa dipastikan memungut biaya yang sama.
“Untuk jumlah murid semuanya cuma 805 Pak, kalau di sekolah sebelumnya kemarin ada 1500 lebih, terkait hal itu, jadi yang pertama karena memang saya orang baru, jadi ini disini katanya hak perogratif ketua komite sekolah yang menyelenggarakan rapat segala macam pada waktu itu, dan memang melanjutkan program yang kebiasaan, seharusnya nanti dengan panitia lah lebih dealnya, kalau dengan saya kan bingung karena memang belum biasa dan belum pernah mengalami perpisahan seperti apa di SMP Negeri 1 Padakembang, belum pernah kenaikan kelas seperti apa kan gitu, baru lima bulan itu berjalan seperti ini, nanti panitia kebetulan adalah nanti kita ngobrol gitulah, kalaupun bisa ketemu dengan panitia dengan komite sekolah perlu ada waktulah, karena memang orangnya diluar gitu. Di komite sekolah memang kelihatannya udah tertib, ada surat undangan pada waktu itu, ada orang tua terus kondisi rapat katanya sudah dilaksanakan kan seperti itu, jadi itu program udah duluan dari jaman Pak Ade Sutiana jadi saya ini melanjutkan lah, jadi bukan dari nol saya yang bikin gitu, terutama memang komite kelihatannya Pak”, ucap Ade dengan nada bertele-tele.
Ini klarifikasi H. Ade Dasmana
Lebih lanjut Ade pun mengatakan, “oh gini, pertama komite punya regulasi Permendikbud nomor 75 tahun 2016, disana ada bla bla bla bla…, yang kedua kalau saya mengatakan.., nantilah mumpung ada panitia biar jelas terang benderang Pak, kalau saya misalkan yang meraba-raba terus mengandai-andai kan nanti salah lah kan gitu, jadi kalau lah rapat orang tua saya tahu, jadi program nya itu program berkelanjutan, kalau saya sudah lima sekolah, itu memang yang namanya perpisahan itu, seluruh sekolah pun kalau dibuka semuanya mungut lah, saya mah tidak bisa munafik lah, semua sekolah mungut lah dan bisa dipastikan, cuma ada kecuali nya kalau misalkan nya sekolah yang di pesantren nah itu lain ceritanya, kalau jaman saya di rajapolah biasa biasa saja nggak ada yang komplain wali muridnya, tapi kalau disini kan saya belum tahu karena baru lima bulan”, ucap Ade.