Selamat pagi /siang/sore/malam pembaca setia analisaglobal.com, semoga semua pembaca dalam keadaan sehat, penuh kebahagiaan, dan bersemangat dalam beraktifitas serta sehat selalu.
Jangan lupa ya tetap pakai masker saat bepergian, rutin mencuci tangan dan menjaga jarak karena Pandemi Covid-19 belum berakhir. Berikut kami sajikan berita terpopuler di analisaglobal.com
Kabupaten Ciamis, analisaglobal.com — Kuliner Tahu bulat sudah menjadi makanan cemilan bagi masyarakat luas saat ini. Tak heran kini pedagang tahu bulat sudah menyebar dimana – mana hingga keluar daerah bahkan di Nusantara.
Jika ditelisik menurut sejarahnya terdapat beberapa versi yang menyebutkan asal usul tahu bulat. Saat analisaglobal.com menemui pengrajin tahu bulat “Dua Mustika” milik Maman mengatakan, bahwa pelopor tahu bulat sebenarnya adalah Yayat Hidayat (48) yang ketika itu bekerja di pabrik tahu Bandung yang bentuk tahunya mirip tahu Sumedang milik kakaknya bernama Yeyet (Alm) di daerah Kutoarjo – Jawa Tengah. Katanya.
Merasa tertarik dengan hal tersebut, analisaglobal.com pun bergegas menemui Yayat Hidayat dirumahnya yang beralamat di Dusun Buniasih, Desa Muktisari, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis.
Ketika ditemui Yayat Hidayat menuturkan, tepatnya pada tahun 1998 karena dampak krisis moneter, tahu biasa buatan Yayat Hidayat yang di produksi dipabrik tahu kakaknya mengalami kegagalan. Atas hasil rempugan dengan keluarga daripada tahu yang gagal itu di buang lebih baik di olah lagi dengan campuran telor dan bumbu lainnya. Lalu di jual lah tahu olahan yang baru itu ke pasar dan akhirnya habis terjual. tuturnya
“Bahkan konsumen di pasar pun merasa aneh dengan tahu yang berbentuk bulat, dan akhirnya Dirinya (Yayat Hidayat-red) merubah produksi tahu dari yang biasa berbentuk persegi menjadi bentuk bulat dan dijual ke pasar dengan tahu bulat sudah matang. Namun tetap masih kurang laku juga.” Jelasnya
Yayat Hidayat juga menambahkan, Singkat cerita pada tahun 2003 Yayat Hidayat pulang kampung ke Ciamis lalu mempraktekan produksi tahu bulat di rumahnya, saat itu masih di kerjakan secara manual dengan menghasilkan tahu bulat sebanyak 2 – 4 papan. Dan di pasarkan sendiri ke pasar – pasar terdekat seperti Pasar Subuh Ciamis, dan Pasar Kawali dengan harga pabrik Rp. 180 per butir tahu bulat matang. Imbuhnya