“Dalam situasi krisis, khawatir berlebihan atau terlalu menggampangkan masalah merupakan sikap yang tak boleh dilakukan, karena malah akan membuat persoalan tambah runyam. Karena itu saya mengajukan pentingnya kita tetap menjaga kesadaran dan akal sehat. Tetap waras. Waras dalam arti tetap rasional, terukur, namun juga waspada. Serta jangan Ngeres, yang berarti tak melakukan tindakan yang bisa menimbulkan instabilitas,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini mengingatkan, rencana vaksinasi yang akan dimulai akhir 2020, bukan satu-satunya bisa menyelesaikan berbagai keseluruhan masalah yang ditinggalkan akibat pandemi Covid-19. Masih ada pekerjaan rumah menata pondasi perekonomian yang nyaris rusak.
“Pemerintah sedang mengupayakan agar pemulihan ekonomi bisa terjadi pada kuartal IV-2020 dan berakselerasi pada 2021. Optimisme ini tak bisa berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi kesadaran masyarakat dalam menekan penyebaran virus Covid-19 melalui kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan,” tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menambahkan, tak sekadar optimis, pemerintah juga harus mengantisipasi berbagai kejadian yang bisa mengoyak perekonomian. Misalnya, dampak kredit macet di bank pemerintah dan swasta yang jumlahnya dikabarkan berpotensi menembus Rp 900 triliun. Jika tak diantisipasi sejak dini, dampaknya bisa sangat luar biasa bagi perekonomian.
“Bukannya pulih pada kuartal IV, perekonomian Indonesia malah bisa lebih parah dibanding krisis moneter 1998. Ini pekerjaan rumah yang menuntut kita untuk tetap berpikir waras, dan jangan ngeres. Artinya, berbagai kebijakan yang diambil harus berdasarkan pikiran yang jernih, bukan karena emosi,” pungkas Bamsoet.
Sebagai catatan, sebelum buku Tetap Waras dan Jangan Ngeres, Dewan Pakar KAHMI ini telah melahirkan banyak karya buku. Antara lain, Mahasiswa Gerakan dan Pemikiran (1990); Kelompok Cipayung, Pandangan dan Realita (1991); Ekonomi Indonesia 2020 (1995); Skandal Gila Bank Century (2010); Perang Perangan Melawan Korupsi (2011); Pilpres Abal-Abal Republik Amburadul (2011); Republik Galau (2012); dan Skandal Bank Century di Tikungan Terakhir (2013).
Ada pula buku Presiden dalam Pusaran Politik Sengkuni (2013); 5 Kiat Praktis Menjadi Pengusaha No.1 (2013); Indonesia Gawat Darurat (2014); Republik Komedi 1/2 Presiden (2015); Ngeri-Ngeri Sedap (2017); Dari Wartawan ke Senayan (2018); Akal Sehat (2019), Jurus 4 Pilar (2020), dan Solusi Jalan Tengah (2020).***Maskuri/A.WP