Sedangkan bagi pembudidaya ikan, KKP melalui BP3 Medan juga melaksanakan “Pelatihan Pembenihan Ikan Mas” bagi masyarakat di Kab. Aceh Tenggara, Aceh dan Kab. Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Pelatihan ini digelar dua hari pada 18-19 Agustus 2020.
Pelatihan diikuti oleh 90 orang yang terdiri dari 30 pembudidaya ikan Kab. Aceh Tenggara, 30 pembudidaya ikan Kab. Hambang Hasundutan, dan 30 pengolah perikanan Kab. Muaro Jambi.
Terkait pelatihan ini, Sjarief menegaskan bahwa proses industrialisasi budidaya ikan mas harus dimulai dari pembenihan hingga pembesaran. Namun, pembudidaya ikan mas di Kab. Humbang Hasundutan dan Kab. Aceh Tenggara sering menemui kendala kurangnya ketersediaan benih.
“Padahal, Kab. Humbang Hasundutan mempunyai lahan yang memadai untuk dilakukan budidaya pembesaran ikan mas. Alirnya airnya tersedia berlimpah. Adanya penempatan keramba jaring apung yang sudah tertata di sekitar Danau Toba juga mendukung,” ungkapnya.
Ikan mas juga diminati cukup tinggi oleh masyarakat sekitar mengingat ikan ini termasuk ikan adat bagi masyarakat suku Batak yang tinggal di wilayah Kab. Hasundutan, Kab. Toba Samosir, Kab. Tapanuli Utara, dan kabupaten lain di sekitarnya.
“Melihat tingginya konsumsi ikan mas dan masih rendahnya penguasaan pembudidaya setempat akan iptek yang ada, kali ini BRSDM menyelenggarakan pelatihan pembenihan ikan mas. Dengan teknologi yang mudah untuk diaplikasikan oleh masyarakat, kami berharap produksi budidaya dan pengolahan ikan ini akan semakin berkembang di masyarakat ke depannya,” ucap Sjarief.
Sejalan dengan itu, ia pun berharap agar para pembudidaya dapat membentuk Unit Pembenihan Masyarakat (UPR) ke depannya sehingga tak hanya bergantung pada benih ikan dari Balai Benih Ikan (BBI) yang ada.
Di hari yang sama, BP3 Medan juga menyelenggarakan pelatihan pengolahan hasil berupa “Pelatihan Pembuatan Mie Ikan” bagi masyarakat Kab. Muaro Jambi, Jambi.
Mie telah dikenal luas dan menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat. Mie basah, mie kering, mie soun, dan mie bihun yang terbuat dari bahan baku tepung menjadi beberapa jenis yang banyak beredar di pasar. Guna meningkatkan kandungan giznya, Sjarief menyarankan penambahan ikan pada pembuatan mie.
“Ikan memiliki kandungan protein yang tinggi. Kandungan gizinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi, ayam, telur, bahkan susu sekalipun,” jelasnya.
Ikan dilengkapi dengan beberapa vitamin lainnya seperti vitamin E, vitamin B, dan vitamin C. Tak hanya itu, ikan juga memiliki asam amino esensial yang cukup lengkap. Bahkan, beberapa jenis ikan mengandung asam lemak omega-3 yang berkhasiat menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan membantu mencegah penyakit jantung.
Ikan juga tersedia melimpah, harganya relatif terjangkau, dan disukai oleh masyarakat luas. Berbagai keunggulan ikan ini menjadiknnya sebagai bahan campuran mie yang sangat prospektif untuk dikembangkan.
“Dengan menambahkan daging ikan, kita bisa menambahkan nutrisi dan citarasa pada produk mie sehingga nantinya mie dapat menjadi salah satu bahan makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi untuk masyarakat,” tandas Sjarief.***HUMAS BRSDM