Kabupaten Ciamis, analisaglobal.com — Harus diakui, keberadaan kaulinan barudak baheula (Permainan Anak Tempo Dulu-red) hanya tinggal nama. Ini terlihat dari kehidupan anak-anak jaman sekarang, anak-anak lebih sibuk dan pandai bermain gadget.
Tidak ada permainan tempo dulu sepeti (wayang dari batang singkong, teteot, celempung, kelom batok, dan rorodaan) serta aktivitas keseharian anak-anak menjelang sore hingga magrib (o’orayan, hadang, hahayaman, ucing sumput, sorodot gaplok, galah, pepepet jengkol, gatrik, galah asin, jajangkungan, congkak, engkle, paparahuan dan hompimpah) di tanah Pasundan.
Tentu semua kaulinan barudak Sunda ini tinggal kenangan budak baheula kolot ayeuna (Anak Dahulu, Orang Tua Sekarang-red). Kuatnya arus modernnitas dan globalisasi membuat permainan tradisional ini semakin tersisih di tengah kehidupan masyarakat Parahyangan. Malahan budak kiwari (Anak Sekarang-red) merasa bangga bila bisa sekaligus menyelesaikan permainan game watch, game boy, Sega, PlayStation, dan game online.
Abah Irwan selaku penggiat dari Komunitas Kaulinan Baheula Icikibung asal Tasikmalaya mengatakan gathering bersama murid sekolah Alif Ciamis dengan tema “Gathering Sehari Bersama Ayah”.
“Kegiatan ini tidak lain adalah untuk mendekatkan anak dengan ayahnya supaya terjalin komunikasi yang luar biasa”, ujar Abah Irwan di lokasi Wisata Kopi Djati, Cibungbang. Minggu, (12/12/2021).