“Dalam pemenuhan kebutuhan air minum di bagi menjadi 3 steak holder mulai dari sumber air, masyarakat sampai dengan jaringan penerima di masyarakat. Kementrian PUPR melalui direktorat jendral sumber daya air dengan perwakilan BBWS Citanduy memberikan pelayanan dari sumber air sampai dengan sebelum WTF atau IPA (Instalasi Pengelolaan Air) sehingga airnya berupa air baku belum siap minum atau belum siap untuk di konsumsi.” Jelas Insan.
Lebih lanjut Insan menerangkan, Untuk IPA sendiri nantinya akan di oleh dengan berbagai bahan sehingga air menjadi layak untuk di konsumsi WTF/IPA kewenangannya masih di kementrian PUPR dengan direktorat jendral cipta karya setelah itu nanti ada jaringan distribusi utama sampai dengan sambungan rumah nanti ada kewenangannya di pemerintah kabupaten atau kota melalui PDAM selaku pengelolanya. Katanya
“untuk jalurnya sendiri meliputi Sukarame, leuwisari dan Singaparna karena memang sumber airnya atau mata airnya dari Cibuntu karena kelebihannya bersumber dari mata air bukan dari sungai dimana memiliki kelebihan sedimennya sedikit dan bangunan secara teknis menggunakan sistem gratifikasi tanpa menggunakan pompa sehingga akan minim biaya operasi untuk listrik”. Imbuhnya
“Dari yang di rencanakan untuk pengambilan desain kami adalah 20 liter/detik dan bisa di manfaatkan kurang lebih 1600 Kepala Keluarga.” tandasnya***Dede P