Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa ada banyak definisi tentang perhitungan resesi. Namun, biasanya resesi didefinisikan sebagai pertumbuhan ekonomi negatif yang dialami suatu negara selama dua kuartal berturut-turut atau lebih. Resesi dinyatakan berakhir bila pertumbuhan ekonomi negara kembali tumbuh positif dan kembali normal. Dengan demikian resesi bukan sesuatu yang sangat menakutkan, tapi memberikan indikasi bahwa 2 kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan (minus). Kekhawatiran bisa terjadi sebenarnya jika Indonesia mengalami Depresi Ekonomi, yaitu resesi yang sangat parah, di mana terjadi penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 10 persen. Juga terjadi kemerosotan ekstrem dalam aktifitas ekonomi yang berlangsung selama beberapa tahun atau dalam waktu yang lama. Resesi dan depresi ini sebenarnya memiliki indikator dan penyebab yang serupa, tetapi perbedaan terbesar bisa dilihat dari tingkat keparahan, durasi, dan dampak keseluruhan. Depresi berlangsung selama bertahun-tahun, bukan berbulan-bulan, dan biasanya menyebabkan tingkat pengangguran melonjak dengan penurunan PDB yang tajam. Resesi sering kali terbatas pada satu negara, sedangkan depresi biasanya cukup parah dan berdampak pada perdagangan global.
Dalam konteks kemungkinan masuk resesi ekonomi ini, maka masyarakat perlu dihimbau untuk selalu berjaga-jaga dan pandai mengelola keuangan secara bijak. Tidak boros, pergunakan penghasilan secara bijak, usahakan terus menabung untuk bisa digunakan ketika diperlukan. Artinya harus ada dana cadangan yang tersedia untuk mengantisipasi segala kemungkinan. Mohon diingat bahwa selama pandemi covid 19 ini belum dapat dikendalikan, kemungkinan kontraksi ekonomi masih akan terjadi. Terlebih sampai saat ini tidak ada seorangpun yang tahu kapan wabah berakhir.
Jika mengamati diskusi di ruang publik, termasuk berbagai media sosial soal resesi ekonomi ini memang sebagian menyebutkan bahwa Indonesia sudah masuk ke fase resesi dengan argumen bahwa dilihat dari kuartal ke kuartal atau quarter to quarter (QtQ), pertumbuhan ekonomi nasional sudah berada pada level negatif pada dua kuartal berturut-turut. Namun sebagian ada yang mengatakan belum masuk ke fase resesi dengan argumen bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi secara tahunan atau year on year (yoy) terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Oleh sebab itu, perlu langkah mendorong ekonomi yang dilakukan lewat percepatan stimulus belanja pemerintah, dengan tetap mendorong peningkatan produktivitas yang memiliki multiplier effect terhadap permintaan dan konsumsi masyarakat. Dengan kata lain, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kuartal-kuartal selanjutnya perlu peningkatan penyerapan belanja pemerintah agar konsumsi masyarakat bisa terdongkrak. Semuanya bergantung pada kecepatan belanja pemerintah, karena kalau dari investasi nampaknya sangat sulit untuk saat ini.
Lalu terkait dengan istilah “krisis ekonomi” didefinisikan sebagai keadaan yang mengalami penurunan kondisi ekonomi secara drastis yang terjadi di sebuah negara. Penyebabnya adalah fundamental ekonomi yang rapuh antara lain tercermin dari laju inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang macet. Hal ini biasanya karena beban utang luar negeri yang melimpah dan melebihi kemampuan bayar, investasi yang tidak efisien, defisit neraca pembayaran yang besar dan tidak terkontrol. Gejalanya didahului oleh penurunan kemampuan belanja pemerintah, jumlah pengangguran melebihi 50% dari jumlah tenaga kerja, penurunan konsumsi atau daya beli rendah, kenaikan harga bahan pokok yang tidak terbendung, penurunan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung drastis dan tajam, dan penurunan nilai tukar yang tajam dan tidak terkontrol.
“ Memperhatikan realitas perekonomian saat ini, maka diperlukan kebersamaan, semangat inovasi, dan menjaga optimisme agar kondisi ekonomi segera pulih. Jika dalam realitasnya nanti di kuartal III pertumbuhan ekonomi masih negatif, itu artinya cambuk buat kita semua untuk terus bekerja keras semakin produktif dan efektif agar tujuan makro ekonomi dan mikro ekonomi tercapai. Rakyatnya sejahtera, negaranya makmur “, pungkas Dede mengakhiri pandangannya.***Masdar