Sebelumnya, dilaporkan bahwa Yulianto mengalami penganiayaan oleh seorang preman bernama Ifan saat melakukan tugas investigasi terkait dugaan proyek infrastruktur fiktif di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Banjar.
Rekan seprofesi Yulianto, Cecep Herdi, menceritakan bahwa kekerasan terjadi setelah Yulianto dan Cecep melakukan wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kota Banjar, Kaswad.
Menurut Cecep, perwakilan pihak ketiga yang hadir saat wawancara tersebut, yakni Ifan, terus mengganggu jalannya investigasi dan menghalangi upaya mereka dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Situasi semakin tegang ketika Yulianto meminta Ifan untuk tidak menginterupsi wawancara yang tengah berlangsung, hingga berujung pada kekerasan verbal.
Setelah kejadian itu, Yulianto sempat mendapat teror dan ancaman dari Ifan. Dua minggu kemudian, saat Yulianto kembali ke lokasi proyek untuk melanjutkan investigasinya, ia kembali bertemu dengan Ifan di sebuah warung dekat sekolah tersebut. Tanpa ada peringatan, Ifan menahan, menjatuhkan, dan memukuli Yulianto dengan brutal.
“Setelah mengalami kekerasan, Yulianto yang saat itu sendirian menelpon saya dan menceritakan kekerasan yang dialaminya,” kata Cecep.
Kasus ini sedang dalam penyelidikan oleh pihak kepolisian untuk memastikan pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal.
Para aktivis pers berharap agar kasus kekerasan terhadap jurnalis ini segera mendapatkan perhatian serius dari penegak hukum. (Dods)
Baca Juga Ketua FORWAPI Halim Saepudin Kecam Aksi Penganiayaan Terhadap Wartawan di Kota Banjar