“Tipe kedua yaitu kepemimpinan defensif, senangnya menyalahkan orang, kira-kira begitu, tidak mau mengambil tanggung jawab, kalau ada masalah selalu berkelak dengan berbagai alasan,” ucap Kang Emil.
Tipe ketiga dan keempat, masing-masing yakni responsif dan sensitif. Kang Emil berharap, para pemimpin di Indonesia memiliki tipe responsif sehingga selalu terdepan dan cepat tanggap terhadap suatu masalah.
“Kepemimpinan responsif, setiap ada masalah selalu merespons dengan cepat, seperti kebencanaan dan masalah lainnya,” kata Kang Emil.
Sensitif menjadi tipe kepemimpinan yang terbaik menurut Kang Emil, yaitu bisa mengambil tindakan atau mencegah sebelum terjadi sebuah aksi atau kejadian.
“Karena dia dengan segala datanya bisa melakukan tindakan preventif,” ujar Kang Emil.
“Salah satu yang coba saya praktikkan dari dua tipe (responsif dan sensitif) ini adalah melalui media sosial. Karena media sosial di zaman sekarang menjadi cara masyarakat berinteraksi yang bisa dijadikan sampling oleh pemimpin terkait hal-hal yang harus direspons,” tutupnya.
Adapun dilansir Lemhanas RI, P3DA XI diikuti 26 peserta yang terdiri dari 9 orang bupati, 3 orang wakil bupati, 4 orang wali kota, 1 orang wakil wali kota, 7 ketua DPRD, 1 wakil ketua DPRD, dan 1 orang sekretaris daerah kabupaten.
P3DA 11 direncanakan dilaksanakan selama dua bulan dan dibuka pada Senin, 28 September 2020 hingga Rabu, 9 Desember 2020. Di masa pandemi COVID-19, penyelenggaraan P3DA dilaksanakan secara virtual.
Penyelenggaraan P3DA diharapkan dapat mewujudkan pimpinan tingkat daerah yang bermoral, beretika, dan berkarakter kebangsaan, serta memahami empat Konsensus Dasar Bangsa yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika dengan cakrawala pandang operasional antara lain wawasan nusantara, ketahanan nasional dan kewaspadaan nasional, terampil dalam memecahkan masalah di daerah, serta mampu memberikan saran kepada pemerintah daerah tingkat I tentang kebijakan publik dan terkait nilai-nilai kebangsaan.***red
Sumber : Humas Jabar