Kabupaten Majalengka, analisaglobal.com — Komoditas produk lokal yang dibuat oleh suatu masyarakat di daerah tertentu, disamping bisa dilihat dari produknya, bisa juga dilihat dari perspektif wisata edukatif, kreatif, dan produktif. Untuk itulah sesuai dengan garis besar haluan program Prawita GENPPARI dalam mendukung dan memajukan produk lokal, mengunjungai pabrik kecap Segitiga. Hal ini kita lakukan agar kita tahu persis model pengembangan bisnis seperti apa yang tepat dikembangkan untuk pengrajin kecap di sini. Apalagi Majalengka memiliki puluhan industri skala kecil dan menengah yang memproduksi kecap dengan cara tradisional. Selain gurih, kecap dari Majalengka tidak menggunakan bahan pengawet “, demikian diungkapkan oleh Ketua Umum Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Majalengka, Selasa (06/10/2020).
Selanjutnya Dede juga mengatakan bahwa Kecap buat masyarakat Indonesia bukanlah hal yang baru. Bisa dipastikan semua masyarakat Indonesia mengenalnya, karena merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyedap makanan, baik yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam. Namun ada pula kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya bertekstur kental dan terbuat dari kedelai, sementara kecap asin bertekstur lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut. Selain berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat tahu. Ungkapnya
“Sebagaimana diketahui bahwa kecap manis merupakan produk fermentasi kedelai dengan dua tahap pembuatan, koji dan moromi. Selain itu masih banyak variasi kecap lainnya di berbagai negara, misalnya shoyu di Jepang, dan ganjang di Korea. Variasi rasa kecap biasanya disebabkan karena adanya berbagai metode dan durasi fermentasi, perbandingan air, garam, kedelai yang berbeda-beda, dan juga dikarenakan bahan tambahan yang dicampurkan ke dalamnya.” Jelasnya
Jika ditinjau dari perspektif historis, industri kecap di Majalengka sudah muncul sejak tahun 1940-an, saat Indonesia masih dijajah Belanda. Jejak sejarah ini terlihat dari banyaknya industri kecap yang dikelola secara rumahan di daerah ini. Dimana setiap industri kecap ini mempekerjakan tiga sampai 15 karyawan. Dari tangan mereka inilah mengalir kecap Majalengka yang terkenal gurih dan tahan lama meski tanpa bahan pengawet. Ujar Dede.