“Untuk destinasi wisata dalam pengembangannya diharapkan menerapkan “Sapta Pesona” yang harus diwujudkan demi menarik pengunjung,” ujarnya.
Lebih lanjut, Kadis Pariwisata Kabupaten Ciamis, Dr. H. Wasdi, M.Si memaparkan tentu saja Pandemi lagi landai pada saat itu naik rem sedang diinjak maka gas yang harus dikurangi PPKM itu bukan penghilangan, bukan penggantian, tetapi pembatasan.
“PPKM bukan pelarangan tapi pembatasan artinya Pandemi harus melandai tetapi ekonomi juga harus bangkit,”
Kemenangan situasi sekarang itu harus kita bisa menyeimbangkan objek-objek wisata yang besar yang mengundang masyarakat di satu tempat itu pada saatnya akan makin berkurang gara-gara pandemi, tapi justru destinasi wisata yang dipandang kecil tadinya karena tercecer Itulah yang akan menjadi pilihan.
“Jadi kita harus bisa menjamin dengan memperlihatkan destinasi di Kabupaten Ciamis dengan desa wisata yang dikelola swasta,” Lebih lanjut, H. Wasdi menambahkan, bagaimana bisa menciptakan menampilkan mempromosikan dan memperagakan destinasi wisata yang rumusnya 3 saja. Ini mohon menjadi bahan diskusi nanti teman-teman di Pokdarwis, pertama apa yang bisa dilihat kalau saya berdiri disini ditanya, apa yang bisa dilihat hanya bisa berfikir “bagaimana memainkan gas dan rem itu” maka destinasi wisata dengan plafon desa wisata adalah sangat tepat.
Yang kedua “how to do” apa yang bisa diperkuat di tempat yang indah itu, di sini sudah ada paralayang tapi kan tidak semua pengunjung bermain paralayang. Berarti harus ada alternatif selain paralayang tapi juga menyajikan pengunjung bisa menikmati wisata di Bukit Baros seperti ada spot selfi, kuliner dan camping ground.
Yang ketiga “hange out santuy”, apa yang bisa dibeli di sini yang spesialisnya apa, apakah kuliner kopi yang istimewa atau makanan lainnya. Pungkasnya.***A.Yayat/Goez